Menjelang masuk Sya’ban banyak broadcast, yang mengutip
hadits Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam, "Barang siapa yang
memberitahukan berita Sya'ban kepada yang lain, maka haram api neraka
baginya."
Lalu diikuti anjuran berzikir (mengingat Allah) dengan
bacaan, "Subhanallah, Walhamdulillah, Walaa ilaaha ilallah,
Allahu-Akbar, Laa haula wala quwata illa billahil aliyil adzim”.
Bagaimana status keterangan ini?
Jawab:
Oleh: Badrul Tamam
Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah. Shalawat dan salam atas Rasulullah, keluarga dan para sahabatnya.
Menjelang masuknya Sya’ban hingga awal-awal Sya’ban tersebar broadcast
tentang keutamaan Sya’ban dan anjuran amalan tertentu. Pesan-pesan ini
tersebar melalui media sosial, baik Facebook, WhatsApp, atau medsos
lainnya.
Hadits yang disebutkan di atas tidak dikenal dalam kutub
sunnah. Hadits tersebut berkarakter maudhu’ (palsu) dengan keutamaan
yang sangat bombastis. Begitu pula amalan-amalan khusus zikir tertentu
di bulan ini, tidak didapatkan keterangan dari hadits shahih. Sebagian
peneliti menyebutnya sebagai khobar hoax (kabar palsu).
Jangan
ikut-ikutan menyebarkannya, karena termasuk menyebarkan kedustaan atas
Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Dosanya sangat besar dan diancam
dengan siksa neraka.
Dari Al-Mughirah Radhiyallahu 'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam telah bersabda,
إِنَّ كَذِباً عَلَيَّ لَيْسَ كَكَذِبٍ عَلَى أَحَدٍ فَمَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّداً فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ
“Sesungguhnya berdusta atas (nama)-ku tidaklah sama seperti berdusta
atas nama orang lain. Barangsiapa berdusta atas (nama)-ku dengan
sengaja, maka hendaklah ia mengambil tempat duduknya dari Neraka.” (HR.
Al-Bukhari dan Muslim)
Hadits lain dari Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu 'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
لاَ تَكْذِبُوْا عَلَيَّ، فَإِنَّهُ مَنْ يَكْذِبُ عَلَيَّ فَلْيَلِجِ النَّارَ
“Janganlah kamu berdusta atas (nama)ku, karena se-sungguhnya
barangsiapa yang berdusta atas namaku, maka pasti ia masuk Neraka.” (HR.
Al-Bukhari, Muslim, Ahmad, dan Al-Tirmidzi)
Dalam hadits yang lain disebutkan,
مَنْ رَوَى عَنِّى حَدِيثًا وَهُوَ يَرَى أَنَّهُ كَذِبٌ فَهُوَ أَحَدُ الْكَاذِبَيْنِ
“Siapa yang meriwayatkan dariku suatu hadits yang ia menduga bahwa itu
dusta, maka dia adalah salah seorang dari dua pendusta (karena
meriwayatkannya).” (HR. Muslim)
Setelah membawakan hadits-hadits
di atas, Imam Al-Dzahabi berkata, “Dengan ini menjadi jelas dan
teranglah bahwa meriwayatkan hadits maudhu’ dari perowi pendusta (hadits
palsu) tidaklah dibolehkan.” (Lihat kitab Al Kabair, Imam al-Dzahabi,
terbitan Maktabah Darul Bayan, cetakan kelima, tahun 1418 H, hal.
28-29).
Menyebarkan pesan salah dan dusta seperti di atas
termasuk bagian yang dilarang berdasarkan hadits-hadits di atas. Maka,
jangan latah jika berbicara soal agama.
Ada amal yang masyru’
saat memasuki bulan Sya’ban, yaitu membaca doa melihat hilal. Ini juga
berlaku pada bulan-bulan selainnya.
Dari Thalhah bin Ubaidillah Radhiyallahu 'Anhu, bahwa Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam apabila melihat hilal beliau berucap:
اللَّهُمَّ أَهِلَّهُ عَلَيْنَا بِالْيُمْنِ وَالْإِيمَانِ وَالسَّلَامَةِ وَالْإِسْلَامِ رَبِّي وَرَبُّكَ اللَّهُ
"Ya Allah, perjalankanlah bulan ini kepada kami dengan penuh kebajikan,
iman, selamat dan Islam. Rabb-ku dan Robb-mu (bulan) adalah Allah."
(HR. al-Tirmidzi, beliau berkata: ini adalah hadits hasan gharib. Syaikh
Al-Albani berkata: Shahih)
Dan sudah maklum, Sya’ban termasuk
bulan yang dianjurkan memperbanyak amal shalih di dalamnya. Nabi
Shallallahu 'Alaihi Wasallam memperbanyak shiyam, sebagaimana hadits
dari ‘Aisyah Radhiyallahu 'Anha, karena banyak orang lalai dari ibadah
di bulan tersebut. Hikmah lainnya, sebagai persiapan memasuki bulan
Ramadhan yang tiba sebentar lagi.
Wallahu a'lam
0 komentar :
Posting Komentar